Rabu, 25 Agustus 2010

Andalusia (kemegahan Islam yang hilang)

Andalusia Terletak di Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan dari laut, ujung semenanjung hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika yaitu selat Gibraltar.Imperium Romawi semenjak abad pertama sebelum Masehi sampai abad kelima Masehi menguasai semenanjung Iberia itu. Kemudian semenanjung Iberia dikuasai oleh bangsa Visigoths pada tahun 507 M. Sebelum ditaklukan oleh bangsa Visigoths, semenanjung Iberia didiami oleh bangsa Vandals. Wilayah yang mereka diami itu sering mereka sebut dengan Vandaluzia. Dengan merubah ejaannya dan cara membunyikannya, maka bangsa Arab pada masa berikutnya menamakan semenanjung Iberia itu dengan Andalusia (Yoesoef Sou’yb, 1984 : 1).
Andalusia diduduki umat Islam pada zaman Khalifah al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Andalusia, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nusair. Di zaman al-Walid, Musa ibn Nusair memperluas kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khalifah Bani Umayyah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H sampai tahun 83 H (A. Syalabi, 1983 : 154).
Dalam proses penaklukan Andalusia terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, setiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu, dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :
a) Periode Pertama (711-755 M).
b) Periode Kedua (755-912 M).
c) Periode Ketiga (912-1013 M).
d) Periode Keempat (1013-1086 M).
e) Periode Kelima (1086-1248 M).
f) Periode Keenam (1248-1492 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Pada periode dua. Andalusia berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Periode tiga berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Pada periade keempat pemerintahan Islam di Andalusia mulai terpecah menjadi puluhan kerajaan yang hampir mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang berimbang, dan pada periode ini mulai mengalami kemunduran, terjadi pertikaian (suksesi) untuk memperebutkan kekuasaan. Pada periode lima keadaan pemerintahan Islam hampir sama dengan keadaan pada periode 4 akan tetapi ada satu kekuatan yang dominan yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Pada periode 6 pemerintahan Islam di Andalusia mengalami kemerosotan kekuasaan yang sangat tajam, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492).Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
Demikian gambarar kehidupan Umat Islam di Andalusia di masa lampau, mereka meninggalkan banyak kemegahan yang bisa dilihat hingga sekarang. Peninggalan-peninggalan itu merupaka saksi hidup betapa majunya Islam di masa itu dan meninggalkan perkembangan ilmu di Eropa yang saat itu terlarut dalam kebodohan. Semoga sedikit tulisan ini dapat menginspirasi generasi muda Islam untuk selalu berkarya demi kemajuan dan perkembangan Islam, Aamin...